Teori Public Relations

Selasa, 24 Maret 2020 

Nayika Kumara 
185120207111014 
Ujian Tengah Semester

1. Menjawab pertanyaan Badrun, mengapa ia harus melakukan klipping dan analisisi berita sebagai upaya monitoring PR Hotel Savanah 
Dijelaskan pada buku Teori Public Relations oleh Kriyantono (2014), konsep Publik dan Stakeholder terdapat model jaring-jaring segementasi. Model ini membagi stakeholder menjadi beberapa bagian sesuai dengan karakteristik stakeholder dan caranya bereaksi terhadap isu. Agar perusahaan dapat merencanakan program ataupun bereaksi terhadap krisis dengan baik, maka diperlukan proses manajemen strategis public relations. Langkah pertama dari proses tersebut adalah melakukan penelitian tentang sasaran program. Penelitian ini merupakan tahap monitoring lingkungan. Beberapa cara dilakukan untuk melakukan monitoring salah satunya dengan mengumpulkan berita dan menganalisa. Dari tahap ini PR dapat menentukan keadaan serta mengidentifikasi stakeholder ke dalam segmentasi yang dijelaskan pada model jaring-jaring segmentasi. Proses analisis berita dalam manajemen strategis public relations juga dijelaskan pada Teori Excellence yaitu public stage, yang memerlukan proses komunikasi yang tepat dengan publik melalu identifikasi masalah dan segmentasi publik. Teori Situational of the Publics (STP) yang berfungsi untuk mengidentifikasi publik berdasarkan perilaku komunikasi dan efek komunikasi yang diterima individu. Teori STP ini memberi bantuan pada aktivis PR dalam menentukan target sasaran yang lebih spesifik, sehingga pesan yang diberikan oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan publik atau sasaran perusahaan. Menjawab pertanyaan dari Badrun, tentang mengapa ia harus melakukan kliping dan analisis berita di Kota Malang, yaitu melakukan identifikasi masalah dan monitoring terhadap masalah yang ada di kota Malang. Sesuai dengan Teori Excellence, yang menjabarkan beberapa sifat organsisasi. Proses monitoring dengan mengumpulkan berita dan menganalisanya, merupakan proses untuk memahami lingkungan sekitar Hotel yaitu Kota Malang. Sifat tersebut adalah sistem terbuka dari organisasi. Sistem terbuka adalah sifat organisasi yang membuka diri untuk pertukaran informasi dengan lingkungannya dan berinteraksi untuk saling memengaruhi. 

2. Efektivitas Humas dalam publisitas media 
Fenomena tersebut dapat dijelaskan melalui Teori Uncertainty Reduction. Berger dan Calabrase (1975) menjelaskan komunikasi sebagai cara untuk mengurangi keragu-raguan pada teori ini. Berhubungan dengan tugas PR, sebagai garda terdepan dalam menyampaikan informasi kepada publik serta membangun citra positif perusahaan. Untuk membangun citra positif maka informasi yang harus diberikan PR kepada publik, melalui berbagai media haruslah lengkap (well-informed) agar tidak menimbulkanssss persepsi yang keliru karena ketidaklengkapan informasi. Heath (2005) menjelaskan beberapa strategi terkait mengurangi ketidakpastian publik; salah satunya dengan mengumumkan berbagai perubahan sedini mungkin kepada publik, memastikan PR menjelaskan segala kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen serta alasannya, dan jika PR tidak dapat menyediakan informasi tersebut maka PR harus memberikan alasannya pula. Maka pada kasus ini humas Universitas Brawijaya sudah melakukan tahap awal yaitu memastikan terlebih dahulu hal yang akan disampaikan kepada publik. Karena jika PR gegabah dalam menjawab, maupun menjawab tidak tahu, maka informasi yang diberikan ke publik tidak valid dan akan meningkatkan ketidakpastian informasi. Namun, alangkah lebih baik,  PR menginformasikan kebijakan ini lebih dahulu ke media, hingga tidak ada keterlambatan informasi dan menimbulkan ketidakpastian publik. Jika PR lebih dahulu menjelaskan dan menyampaikan kebijakan ini ke media, maka tidak akan terjadi krisis, sehingga peran PR efektif dalam menjalankan fungsinya. Untuk di masa mendatang, PR Universitas Brawijaya mungkin bisa menerapkan strategi pada Teori Apologia. Dionisopolous&Vibbert(1998) dan Ware&Linkugel (1973) menjelaskan beberapa strategi apologia; yaitu strategi menolak atau menyangkal; strategi bolstering; dan stratgei re-definition. Ada kemungkinan, dengan jawaban yang tidak pasti dari pihak PR Universitas Brawijaya, media menuliskan berita yang tidak berkenan untuk pihak Universitas Brawijaya. Sehingga PR Universitas Brawajiaya sudah menyiapkan beberapa strategi sesuai dengan teori apologia. Efektivitas PR dari Universitas Brawijaya masih perlu ditingkatkan lagi dengan PR sebagai salah satu bidang dalam struktur manajemen. Pihak Universitas Brawijaya juga harus memastikan bahwa segala informasi dan kebijakan dari Universitas Brawijaya, yang berdampak kepada publik internal maupun eksternal harus diinformasikan kepada PR, untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan krisis di masa mendatang. Sehingga PR bisa lebih efektif dalam menginformasikan berita positif dan membangun image yang baik di masyarakat. 

3. Kesalahan dalam kasus kampanye dan penamaan gedung
Kesalahan pada kedua kasus ini adalah kurang informasi yang diperoleh publik terhadap kebijakan organsisasi. Publik yang dimaksudkan dalam kasus ini adalah publik internal. Kasus pertama, publik internal, yaitu anggota partai tidak mendapatkan informasi secara langsung dari partai tentang keberpihakan SDA pada kampanye Prabowo. Sedangkan pada kasus B, publik internal FISIP UB, yaitu mahasiswa, dosen dan staff tidak mengetahui terlebih dahulu alasan dari perubahan nama gedung. Seperti yang saya jelaskan pada studi kasus no.2 bahwa dalam Teori Uncertainty Redcution, praktisi PR harus memiliki kemampuan menjelaskan segala kebijakan yang diambil perusahaan kepada publik. PR juga memiliki tugas untuk menjaga agar aliran informasi berjalan dengan baik, dan selalu menyediakan informasi yang dibutuhkan publik. Perbedaan dengan kasus nomor 2 yaitu dengan publik eksternal, di kasus ini langkah evaluasi yang dapat dilakukan sesuai dengan penelitian Kramer (1994). Dalam penelitian Kramer, PR membantu membentuk iklim organisasi yang memungkinkan supervisor untuk menyediakan informasi. Informasi dan umpan balik yang diharapkan dapat mengurangi ketidakpastian dalam lingkungan internal organisasi. Untuk kedepannya, pihak manajemen PR perlu bercermin pada model two-way asymmetric yaitu komunikasi dua arah. Model two-way asymmetric berfokus pada memengaruhi publik. Sehingga perusahaan memiliki power untuk memengaruhi publik, dengan cara melakukan dialog dengan publik internal. Dengan adanya dialog ini, akan menigkatkan kualitas informasi yang diterima oleh publik internal. Sehingga kedepannya, publik internal serta eksternal bisa mendapatakn informasi yang cukup dan dapat mengurangi kemungkinan muncul gesekan dan konflik dari publik internal itu sendiri, seperti apa yang terjadi pada dua studi kasus diatas. Perlu diingat bahwa masalah utama dari kasus diatas adalah kurangnya komunikasi dan alur informasi yang tersendat, sehingga publik internal mengalami kekurangan dan ketidakpastian informasi. 

4. Langkah yang harus dilakukan PT. HS sebagai perusahaan asuransi jiwa
Teori Excellence menjelaskan tentang model symmetric yaitu komunikasi yang cenderung satu arah. Model ini tepat digunakan dengan mempertimbangakn sifat organisasi yang interdependen. Organisasi atau perusahaan yang bersifat interdependen memiliki hubungan yang erat dengan lingkungannya, sehingga satu organisasi dapat memengaruhi organisasi lain di dekatnya. Sehingga PT. HS harus paham akan hubungannya dengan perusahaan BS. Hubungan tersebut bisa dimanfaatkan melalui saling membantu karena barang dan jasa dari masing-masing perusahaan bersifat komplementer. Dengan perusahaan BS yang banyak memiliki publisitas media, maka PT. HS bisa melakukan kerjasama dengan perusahaan BS dalam memberikan asuransi jiwa pada pegawai Perusahaan BS. PT. HS juga bisa mencontoh perusahaan BS dalam menyediakan informasi kepada media, yang bisa dijelaskan melalui teori agenda setting. Teori Agenda Setting pada kegiatan PR, mendorong praktisi PR perusahaan untuk proaktif dalam memberikan informasi positif kepada media sebagai cara untuk mempromosikan image baik dari perusahaan. Selain itu PT. HS juga harus memiliki hubungan yang baik terlebih dahulu dengan media massa sebagai mitra dalam menyebarkan informasi dan promosi. Teori yang bisa menjadi landasan dalam langkah yang harus dilakukan oleh PT. HS adalah Impression Management Theory. Praktisi PR mampu berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan publik. Dengan strategi PR yang baik dalam menjalin hubungan, maka PR mampu mencipatakan image positif terhadap organisasinya. Menciptakan image tersebut bisa dengan membangun hubungan baik dengan publik eksternal seperti perusahaan lain, lingkungan sekitar dan pihak yang terlibat. News-letter, kampanye, sosial media, maupun melakukan kerja sama dengan perusahaan lain, ataupun dengan berbagai simbol verbal dan non-verbal lainnya. Jones dalam Metts (2009), ada kelima tipologi presentasi diri. Untuk PT. HS yang merupakan perusahaan jasa asuransi jiwa, strategi ingratiation adalah strategi yang cukup. Strategi tersebut digunakan untuk organisasi yang dipersepsi sebagai organisasi yang ramah dan menyenangkan. Untuk mewujudkannya perlu dilakukan kegiatan yang menampilkan emosi positif. 

Sumber:

Kriyantono, Rachmat. (2014). Teori-teori Public Relations Perspektif Barat & Lokal: Aplikasi Penlitian dan Praktik. Jakarta: Kencana


Komentar

Postingan Populer